Iseng2 bikin cerpen tema sosial nih.. jangan lupa kasih komentar dan masukan ya...
Kumbang Metropolitan : Perubahan besar kehidupan anak jalanan
"Jreng..jreng..jreng... Aku
yang dulu, bukanlah yang sekarang, dulu di tendang sekarang ku di sayang."
Siang itu di dalam metro-mini jurusan terminal Lebak Bulus, Ari sedang
melatunkan lagu "khas" pengamen jalanan yang sangat populer itu. Ari
adalah anak jalanan sebatang kara. Orang tua nya telah cerai sejak Ari berusia
5 tahun. Ari di asuh ibu nya sampai ia remaja. Ibu nya meninggal pada usia Ari
ke-14 karena sakit nya yang parah dan tidak bisa di terima di rumah sakit.
Bersama teman-teman nya Ari mengamen di bis,metro mini, dan angkutan umum
lainnya. Kumbang metropolitan yang menjadi korban kemunafikan, mereka selalu
tetap berbahagia bersama-sama walaupun tidak punya apa-apa.
Saat mereka mengamen di dalam
angkutan umum, seringkali Ari melihat-lihat indahnya gedung-gedung sekitar,
pria ganteng dan wanita cantik, mobil yang lalu-lalang, remaja-remaja SMA yang
baru saja pulang sekolah, ada yang saling berlari tertawa di sepanjang jalan,
ada juga yang lagi malu-malu untuk menyatakan cinta nya di taman, ada juga yang
masih dijemput oleh kedua orang tuanya. Melihat itu semua membuat Ari sangat
iri dengan kehidupan tersebut. Terkadang ia mengeluh dan berkata "Hidup
ini tidak adil!". Tak jarang pun juga ia menangisi kedua orang tua nya.
Hari semakin sore, setelah
berpindah-pindah bis,metro-mini dan bernyanyi berkali-kali, mereka akhirnya
memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menghitung hasil ngamen hari ini.
Sambil menunggu, Ari dan Doni mencari makan dan minum. "Di warung situ aja
don" , sambut Ari. "Iya ri, disana enak murah lagi", sambung
Doni. Setelah membeli beberapa bungkus, akhirnya mereka kembali untuk makan
bersama. Terlihat tawa mereka, tawa "khas" anak jalanan yang sangat
membuat kita terenyuh ketika melihatnya. Dengan bahagia mereka menikmati hasil
jerih payah mereka sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Tidak ada lagi tempat
mengadu selain Tuhan. Anak jalanan adalah cerminan kehidupan sebenarnya di
dunia ini, tak sadar kebanyakan dari kita sejak kecil telah di asuh oleh
keluarga yang berkecukupan, orang tua yang lengkap, rumah yang nyaman dan
pendidikan yang layak malah membuat kita malas untuk belajar, mengecewakan
orang tua dan hidup hanya untuk bersenang-senang.
Beberapa menit sembari mereka
menikmati makannya, tiba-tiba ada teriakan salah satu teman Ari...
"Larii...larii... !!", Doni berteriak. "Ada apa Don ?" bingung
teman-temannya. "Ada satpol PP!!" , balas Dani. Terlihat wajah-wajah
polisi pramong praja itu turun dari mobilnya mengejar Ari dan teman-temannya.
Tanpa berkata-kata lagi, segerombolan kumbang metropolitan itu pun
langsung berlomba lomba berlari menyelamatkan diri, masing-masing berpencar dan
akan bertemu di tempat biasa.
30 Menit Kemudian…
"Huuhh...hahhh...huuhhh..haahhh"
nafas Ari terenggah-enggah, "Untung kamu cepet kasih tau tadi, kalau tidak
kita bakal diciduk.". "Iya ri, lain kali kita kalau istirahat jangan
disana, bahaya", sambung Doni sebari mengambil nafas. Dunia memang keras,
apalagi untuk seumuran Ari dan teman-temannya, yang masih butuh pendidikan dan
kasih sayang orang tua, harus sudah bertahan melawan kerasnya hidup di jalanan.
Hari terus berjalan mewarnai
kehidupan anak jalanan, hingga Jakarta menjadi kota metropolitan yang
pergaulannya sangat bebas, pengaruh kerusakan-kerusakan, pengedaran obat-obat
terlarang, premanisme, pencopetan, pencurian, timbulnya penguasa penguasa di
jalanan membuat Ari dan teman-temannya tidak sengaja bertemu oleh sesorang
bernama Barok, preman terkenal yang sangat garang. Barok adalah salah satu
preman yang di segani di daerah Jakarta saat itu. Barok bertemu Ari dan
teman-temannya saat mereka mengamen di perempatan jalan. Barok saat itu memang
sedang mencari anak-anak jalanan untuk dipekerjakan olehnya, karena mencopet
sendiri telah membuatnya capek. Barok memaksa Ari dan teman-temannya untuk
bergabung menjadi anak buah, melihat teman-teman Barok yang sangat menakutkan
akhirnya mereka mau tidak mau harus menuruti kemauannya. Mereka pun dididik
untuk mencuri,mencopet dan mencari uang dengan segala cara. Membuat Ari dan
teman-temannya mau tak mau harus melakukan itu semua, atau mereka akan di
siksa.
Hari pertama, hari kedua, hari
ketiga mereka mencopet semuanya lancar, Barok dan anak buahnya mempunyai
basecamp gedung tua di daerah Kota Tua, disana Ari dan gerombolannya diberi
makan seadanya dan diberi tempat tidur, walaupun tempatnya memang sangat tidak
layak. Padahal hasil mencopet mereka sangatlah lumayan, belum lagi Ari dan
teman-temannya berjumlah kurang lebih 20 orang. Lingkungan anak-anak jalanan
yang "bejat" membuat sifat dan perilaku Ari menjadi sangat liar, tak
jarang Ari bertengkar dengan teman-temannya, Ari juga sekarang pandai sekali
dalam mencopet.
"Silahkan..silahkan semua
diskon 50%, tas, topi, baju. Sayang anak, sayang anak....", sahut
penjual-penjual disekitar. Rio sedang berjalan-jalan di pasar saat itu. Rio
adalah sarjana ekonomi yang telah menganggur 1 tahun lebih, sambil merenungi
kehidupannya, ia pun duduk dan melihat-lihat sekitar. Hingga pandangannya
berhenti pada suatu anak kecil yang sedang mencoba mengambil dompet
pembeli-pembeli sekitar, dia adalah Ari. Rio pun mengikuti anak tersebut dengan
bersembunyi-sembunyi, sayangnya tak berlangsung lama Ari mengetahui bahwa ada
seseorang yang membuntutinya, akhirnya Ari berlari semakin kencang. Rio terus
berlari mengejar Ari sampai ia sampai ke suatu gedung kosong, bangunan lama
yang sangat menakutkan walaupun di siang hari. Sampai akhirnya Ia menghentikan
pengejarannya ketika Ia tahu sudah dikerubungi pencopet-pencopet dan tak absen
pun ketua mereka, Barok.
Kucing masuk ke kandang singa, Rio
masuk ke markas Barok dan anak buahnya. Karena tak mau babak belur, akhirnya
Rio beralasan mengikuti Ari karena memang penasaran, dia berbasa-basi sana sini
agar bisa mengeles. Rio juga beralasan ingin membantu Barok dan anak
buahnya dalam mengatur keuangan usaha copet nya agar Barok bisa semakin
mendapatkan apa yang ia impikan dan merubah kehidupannya lebih baik. Setelah
bersusah payah meyakinkan Barok , akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan Rio
untuk mengatur keuangan mereka. Rio pun akhirnya pulang kerumah.
Berawal dari alasan, Rio pun
ternyata semakin minat dan bersemangat untuk membantu Barok, pikir-pikir
daripada dia menganggur, ia juga bisa melakukan sebuah perubahan dalam
kehidupan anak jalanan nantinya. Besoknya, Rio pun ke salah satu bank untuk
mendaftarkan rekeningnya Barok. Rio juga banyak berbicara ke Barok bahwa dengan
menabungkan hasil copetnya ke bank akan sangat mempermudah keuangannya, ia juga
bisa menabung uangnya. Barok sempat tidak percaya atas semua itu, tapi setelah berbulan-bulan,
setiap pemasukan selalu di atur oleh Rio dan pastinya sisanya ditabung di Bank
, membuat Barok beberapa bulan sedikit tersenyum, karena sekarang tabungannya
telah mencapai 20 juta. Berita itu sempat membuat Barok tersenyum,karena dalam
hidupnya ia tidak pernah mempunyai uang sebesar itu. Rio pun semakin
bersemangat lagi untuk merubah kehidupan anak-anak buah Barok. Ia akhirnya
mempunyai ide yang sangat cemerlang dengan merubah pekerjaan anak-anak buah
Barok.
"Hah? jadi pedagang
asongan?", kaget Barok. "Mana mau mereka?", balasnya. Bergaul
dengan Rio membuat Barok semakin hari semakin berfikir dewasa, Rio mengajak
tabungan 20 juta tersebut digunakan sebagai modal untuk anak buah Barok
berdagang asongan. "Dengan berdagang asongan kita semakin jauh dari dosa
dan penjara, mencopet terlalu beresiko dan tidak menjanjikan", Rio mencoba
meyakinkan Barok. Sempat berfikir akhirnya Barok pun setuju untuk melakukannya,
karena memang ia sadar bahwa mencopet tidak bisa bertahan lama, bangkai
kalau di sembunyikan dimana pun pasti akan tercium juga, sepandai-pandai
tupai melompat pasti akan jatuh juga. Barok sadar walaupun sejauh ini
mereka tidak pernah tercium bau polisi, suatu saat pasti akan basecampnya
terkena "grebek".
Barok mengumpulkan anak-anak
buahnya, termasuk Ari untuk mendengarkan sebuah rencana baru dari Rio. Banyak
dari mereka yang tidak setuju dengan usul Rio. Barok juga membantu Rio untuk
meyakinkan mereka dan akhirnya mereka mau untuk menjadi pedagang asongan. Hari
pertama,kedua,ketiga tidak ada hasil dan mereka hampir menyerah , karena memang
menjadi pedagang tidak semudah yang dikira. "Lebih enak menjadi
pencopet!!" , sahut salah satu anak buah Barok. Barok malah memarahi
mereka-mereka yang membantahnya. Bulan demi bulan hingga genap 1 tahun sudah
mereka berdagang asongan,mereka pun mulai menikmatinya. Karena jumlah mereka
yang cukup banyak membuat hasilnya cukup memuaskan.
Pedagang Asongan jalanan terus
berusaha mencari nafkahnya hingga masing-masing dari mereka beranjak dewasa.
Sudah berjalan lebih dari 5 tahun mereka menjadi pedagang. Untuk memperbaiki
usahanya, Rio pun meningkatkan usaha asongan menjadi toko-toko kecil yang
diurus masing-masing 2-3 orang dan disebar di daerah kota Jakarta. Sekarang
rata-rata dari mereka sudah berumur 18-20 tahun. Barok pun juga semakin tua,
sehingga dipilihnya Ari menjadi wakilnya untuk memimpin teman-temannya.
Rio terus memutar otaknya untuk
membuat usaha ini terus berjalan, sesampai Rio melihat fenomena mini-market yang
menjamur di kota-kota. Rio pun mengajak Barok untuk meningkatkan usaha nya
menjadi mini-market bernama "pickmart" yang awalnya berfilosofi
berasal dari kata "pickpocket" yang berarti "pencopet"
dalam bahasa inggris tapi diartikan lebih baik menjadi "pick" yang
berarti "memilih" yang artinya pelanggan bebas memlih barang yang ia
suka dengan harga yang murah.
Hanya 3 tahun, Pickmart cepat sekali
berkembang, ia semakin sukses dan cabangnya semakin menjamur hingga ke negeri
tetangga. Karena intensitas Ari dan Rio yang sering ke bank untuk urusan
keuangan, Ari bertemu dengan salah satu pegawai teller yang sangat
menarik hatinya. Setelah Ari melakukan perkenalan dan beberapa pendekatan, beberapa
bulan kemudian, dia menikahinya. Karena siapa yang tak mau dengan eksekutif
muda seperti Ari ? Sekarang ia terlihat gagah dengan mengenakan jas dan
mobilnya. Ia juga mempunyai salah satu rumah di dekat kantor Pickmart sendiri,
di daerah Pondok Indah.
Hari-hari baru nya berjalan lancar,
semua pegawai-pegawai Pickmart tersenyum semangat bekerja, pelanggan-pelanggan
Pickmart juga semakin banyak. Ari sedang di kantor saat itu, tidak di minimarket.
Kebetulan kantor Ari sedang membuka lowongan pekerjaan untuk Cleaning Service
atau CS. Setelah beberapa hari pengumuman itu menyebar, terdengarlah sesampai
ke orang setengah baya yang sedikit lusuh mencoba melamar di kantor Ari.
Kebetulan Ari sendiri yang langsung meng-interview. Orang tua itu sedikit
tertegun saat melihat Ari yang rapi dengan jasnya duduk di belakang
meja. "Ada apa pak?", Ari sedikit heran. "Oh tidak apa-apa
nak",balasnya.
Saat melihat data-data orang
tersebut, Ari terhenti saat melihat namanya. "Samsul Wijaya",
"Dengan pak Samsul Wijaya?" Ari memulai wawancara. Ari sedikit kaget
melihat nama itu karena kebetulan nama belakang Ari adalah "Ari
Wijaya" ia ingat di akta kelahiran dan ia juga sering diceritakan oleh
Ibunya. Ia adalah anak dari "Samsul Wijaya" dan "Ira
Wijaya" , Bapak dan Ibu Ari. "Bapak?" Ari sedikit bingung dan
mencoba memastikan , "Ini Ari anakku toh? ya Allah sudah besar"
mereka pun berpelukan lama mencurahkan rindu dan akhirnya Pak Samsul,ayah Ari
tidak jadi diterima oleh Ari menjadi CS tapi langsung di ajak ke rumah Ari yang
mewah dan dikenalkan oleh istri,dan anak-anaknya. Mereka pun memulai hidup baru
yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar